Satu lagi, ketika baligh, Allah sudah memberikan kita
wanti-wanti, bahwa semua dosa-dosa itu sudah wajib kita tanggung
sendiri. Jadi, di sini sebenarnya Allah sudah memberi isyarat bahwa kita
juga harus mulai berpikir. Tentang apa? Banyak!
Salah satunya adalah berpikir untuk tidak menjadi selfish. Allah tahu ketika dewasa, kita akan mempunyai orang-orang yang peduli dengan kita, mencintai kita, memberikan supportnya, dan lain-lain. Bukankah akan berlaku hukum timbal balik? Nah, itulah.
Di sini. Batas antara realitas dan idealisme. Nyali yang sudah dikalikan dua tadi, harus benar penyalurannya. Berpikirlah untuk menemukan saluran yang tepat. Berpikirlah untuk memilih yang terbaik dengan petunjuk Allah Subhanahu Wata'ala. Karena bagaimanapun, Allah-lah yang memiliki hak mutlak tentang rezeki kita di masa depan.
Lantas langkah terakhir: ridholah dengan keputusan Allah. InsyaAllah, Allah juga akan ridho dengan jalanmu.
Saat Semuanya Sama #1
Label:
Dunia Dewasa,
Life,
Tantangan 17
/
Inilah yang terjadi pada semua orang di sekolahku (khusus kelas 12)
a. Galau jurusan
b. Nyepik orang tua yang gak ada ujungnya
c. Kejar-kejaran sama deadline UNAS dan SNMPTN
d. Ngadepin panitia undangan yang mood-mood-an nggak jelas
dan yang paling parah adalah:
e. Berusaha menyatukan idealisme dan realisme
Ketika mimpi sudah terbayang, tapi ternyata tidak seperti itu;
aku hanya ingin bilang, masa dewasa itu adalah "saatnya berbagi"
Ketika nyali ini tertantang besar, tapi ternyata tidak seperti itu;
aku hanya ingin bilang, masa dewasa itu "mengubah aliran nyali"
Siapa bilang jadi orang dewasa harus penuh sikap realistis?
Justru, sikap realisme itu mengajarkan kita "kesadaran" tentang seberapa besar usaha kita
Justru, mimpi-mimpi kita yang berkaitan dengan idealisme masa muda akan tertantang di sini
6 tahun lalu, kita berkata, "Aku ingin jadi dokter," "Aku ingin jadi insinyur," "Aku ingin jadi ilmuwan," dan sebagainya
lalu, 4 tahun berikutnya kita berkata, "Hm, sepertinya dokter itu sudah banyak, jadi apa ya? Jalani masa SMA dulu deh,"
lalu, masuk SMA.
Di beberapa sekolah, tentu ada yang namanya pembangkit mimpi.
"Aku ingin jadi dokter lagi deh! Pasti bisa!"
lalu, ketika kelas 12,
"Waduh, ternyata yang mau masuk ke FK banyak banget. Kalah saingan nih ntar... Terus, aku mau jadi apa dong besok-besok?"
Galau lagi...
Baiklah. Jadi berdasarkan penelitian singkat penulis (opo ae iki), pergalauan itu terbentuk karena adanya perbedaan tanggung jawab. Mari kita buktikan. Ketika kecil, masih SD, tentu ada orang tua yang selalu siap sedia melayani permintaan kita (kok jadi pembantu sih, gak boleh).
#Ini menggunakan kondisi standar ya.
Begitu sudah beranjak SMP, tentu saja orang tua kita sedikit demi sedikit mewanti-wanti kita tiap kali ada kesempatan. Beliau pasti bilang, "Kamu kan sudah mulai besar. Coba belajar mandiri ya, Nak..."
Apalagi waktu masuk SMA, orang tua sudah berani bilang, "Kamu harus menjadi yang terbaik dan belajar bertanggung jawab pada dirimu sendiri!"
Orang tua itu, pasti menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Itu adalah postulat (lupakan artinya) yang nggak bisa dibantah. Jadi ada dua probabilitas arti kalimat itu: ada orang tua yang memaksakan kehendak dan ada juga yang memberi kebebasan penuh, menerapkan sistem demokrasi dalam keluarganya. Tapi, inti pernyataan mereka adalah, menjadi yang terbaik untuk keluarga ini dan belajar bertanggung jawab pada diri sendiri.
Bertanggung jawab itu butuh nyali. Bermimpi juga butuh nyali. Nah, jika antara bertanggung jawab dan bermimpi itu diekuivalenkan, jadi ya, nyalinya menjadi dua kali (masih untung bukan kuadrat).
Itulah kenapa kadang-kadang orang dewasa terlalu penuh realitas. Mereka hanya enggan mengalikan nyali menjadi dua kali lipatnya.
a. Galau jurusan
b. Nyepik orang tua yang gak ada ujungnya
c. Kejar-kejaran sama deadline UNAS dan SNMPTN
d. Ngadepin panitia undangan yang mood-mood-an nggak jelas
dan yang paling parah adalah:
e. Berusaha menyatukan idealisme dan realisme
Ketika mimpi sudah terbayang, tapi ternyata tidak seperti itu;
aku hanya ingin bilang, masa dewasa itu adalah "saatnya berbagi"
Ketika nyali ini tertantang besar, tapi ternyata tidak seperti itu;
aku hanya ingin bilang, masa dewasa itu "mengubah aliran nyali"
Siapa bilang jadi orang dewasa harus penuh sikap realistis?
Justru, sikap realisme itu mengajarkan kita "kesadaran" tentang seberapa besar usaha kita
Justru, mimpi-mimpi kita yang berkaitan dengan idealisme masa muda akan tertantang di sini
6 tahun lalu, kita berkata, "Aku ingin jadi dokter," "Aku ingin jadi insinyur," "Aku ingin jadi ilmuwan," dan sebagainya
lalu, 4 tahun berikutnya kita berkata, "Hm, sepertinya dokter itu sudah banyak, jadi apa ya? Jalani masa SMA dulu deh,"
lalu, masuk SMA.
Di beberapa sekolah, tentu ada yang namanya pembangkit mimpi.
"Aku ingin jadi dokter lagi deh! Pasti bisa!"
lalu, ketika kelas 12,
"Waduh, ternyata yang mau masuk ke FK banyak banget. Kalah saingan nih ntar... Terus, aku mau jadi apa dong besok-besok?"
Galau lagi...
Baiklah. Jadi berdasarkan penelitian singkat penulis (opo ae iki), pergalauan itu terbentuk karena adanya perbedaan tanggung jawab. Mari kita buktikan. Ketika kecil, masih SD, tentu ada orang tua yang selalu siap sedia melayani permintaan kita (kok jadi pembantu sih, gak boleh).
#Ini menggunakan kondisi standar ya.
Begitu sudah beranjak SMP, tentu saja orang tua kita sedikit demi sedikit mewanti-wanti kita tiap kali ada kesempatan. Beliau pasti bilang, "Kamu kan sudah mulai besar. Coba belajar mandiri ya, Nak..."
Apalagi waktu masuk SMA, orang tua sudah berani bilang, "Kamu harus menjadi yang terbaik dan belajar bertanggung jawab pada dirimu sendiri!"
Orang tua itu, pasti menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Itu adalah postulat (lupakan artinya) yang nggak bisa dibantah. Jadi ada dua probabilitas arti kalimat itu: ada orang tua yang memaksakan kehendak dan ada juga yang memberi kebebasan penuh, menerapkan sistem demokrasi dalam keluarganya. Tapi, inti pernyataan mereka adalah, menjadi yang terbaik untuk keluarga ini dan belajar bertanggung jawab pada diri sendiri.
Bertanggung jawab itu butuh nyali. Bermimpi juga butuh nyali. Nah, jika antara bertanggung jawab dan bermimpi itu diekuivalenkan, jadi ya, nyalinya menjadi dua kali (masih untung bukan kuadrat).
Itulah kenapa kadang-kadang orang dewasa terlalu penuh realitas. Mereka hanya enggan mengalikan nyali menjadi dua kali lipatnya.
Tak untuk Sendirian
on 24.1.13
Label:
Tentang sebuah nama
/
Status FB salah seorang pesohor alumni sekolahku, ku copas dan ku paste di statusku. Aku suka sekali dengan kata-kata berikut ini,
Oke, kita hidup memang tak pernah sendiri, tetapi bukankah kita sering merasa "lebih menikmati kesendirian yang menyenangkan" (baca: egoisme)?
Ya... Sekolah itu telah memilih penghuninya sendiri. Seperti topi Hogwarts yang menyaring para murid baru yang akan masuk asrama Gryffindor, Ravenclaw, Hufflepuff, atau Slytherin; sekolahku seakan tahu mana para remaja yang siap menjadi abdi negara dan rela mengubah wajah bangsanya dengan tangannya.
Status itu sendiri seakan mengembalikan kakiku ke tanah. Dan lebih mendesak ego ini mengalah untuk kepentingan massa yang perlu disejahterakan. Menyulut bara yang sempat padam karena kelelahan. Memusnahkan perasaan benci dan amarah dibalik tantangan.
Merangkul orang lain, melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kita bersama, dan yang paling penting adalah menciptakan Indonesia yang berwibawa dan sejati.
"Jangan minta bebannya dikurangi, tapi mintalah kekuatan tambahan pada bahumu agar kau bisa mengangkat masalah itu dan menyelesaikannya"
"... Setiap orang yang ditakdirkan menjejakkan kakinya di sana, adalah orang-orang yang harus siap menebus dirinya dengan tidak hidup untuk dirinya sendiri..."
Oke, kita hidup memang tak pernah sendiri, tetapi bukankah kita sering merasa "lebih menikmati kesendirian yang menyenangkan" (baca: egoisme)?
Ya... Sekolah itu telah memilih penghuninya sendiri. Seperti topi Hogwarts yang menyaring para murid baru yang akan masuk asrama Gryffindor, Ravenclaw, Hufflepuff, atau Slytherin; sekolahku seakan tahu mana para remaja yang siap menjadi abdi negara dan rela mengubah wajah bangsanya dengan tangannya.
Status itu sendiri seakan mengembalikan kakiku ke tanah. Dan lebih mendesak ego ini mengalah untuk kepentingan massa yang perlu disejahterakan. Menyulut bara yang sempat padam karena kelelahan. Memusnahkan perasaan benci dan amarah dibalik tantangan.
Merangkul orang lain, melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kita bersama, dan yang paling penting adalah menciptakan Indonesia yang berwibawa dan sejati.
"Jangan minta bebannya dikurangi, tapi mintalah kekuatan tambahan pada bahumu agar kau bisa mengangkat masalah itu dan menyelesaikannya"
Mencari Seseorang
Label:
Berbagi,
Dunia Dewasa
/
NP: Greeeen-Haruka (Distant)
dari lirik,
Aku merasa harus mencari seseorang yang pernah menjadi bagian penting selama ini: seorang guru.
suporter sejati yang akan selalu mengawasi setiap langkah penting yang kuambil. Dan juga yang membantuku bangkit saat aku tertatih.
Well, aku memang suka sekali kembali ke masa lalu. Cermin yang akan mengingatkanku sekali lagi. Bukan menjadi penyesalan, tapi menjadi bahan perbaikan. Oke ya, kembali ke masa laluku.
Waktu TK, aku punya seorang guru TK yang selalu memberiku pujian -semacam penghargaan kecil- yang menurutku ekuivalen dengan "Kamu bisa, teruskanlah,"
Waktu SD, aku juga punya beberapa orang guru yang membantuku memperoleh sekolah terbaik di Surabaya. Beliau tak henti-hentinya meletupkan semangat juangku dan teman-temanku.
Waktu SMP, aku punya seorang ustadz yang selalu siap menjadi tempat konsultasiku atas berbagai persoalan yang mulai kompleks.
Tapi, di tengah-tengah selalu ada tapi...
Aku hanya berjumpa dengan beliau-beliau itu maksimal 8 jam sehari. Sekarang, bahkan aku sudah jarang bertemu beliau-beliau itu. Dan, 16 jam sisanya, waktuku habis dengan orang tua yang kurang memberiku semangat, selalu menciutkan nyali, dan memaksakan kehendaknya. Bukan, aku sama sekali tidak menyalahkan mereka yang kurang pengetahuan tentang mendidik anak. Aku hanya menyadari satu hal, ketika aku menjadi orang tua kelak, aku tidak boleh bersikap seperti itu.
Ah iya, sudah saatnya aku harus lebih aktif mencari. Karena tanpa guru, hidupmu akan stagnan di suatu tempat dan kau sulit keluar dari sana. Hm, fakta yang lebih menarik pula, setiap orang yang kau temui juga guru bagimu. Itu kalau mau peka apa yang bisa diambil pelajaran darinya. Meski begitu, tetap saja kan? Diri ini perlu guru khusus -lebih tepat dikatakan- murabbi yang senantiasa membimbing kita semakin dekat dengan Allah.
Hm, menariknya lagi, di masa-masa ini dan seterusnya keluarga akan sangat berperan besar dalam perjalanan hidup yang entah berhentinya kapan ini. Sekali lagi, keluarga adalah hal terpenting dan menjadi prioritas utama seseorang ketika ia ingin sukses dan bahagia.
dari lirik,
Ano sora nagareru kumo omoidasu ano koro no boku wa
Hito no itami ni kizukazu nasakenai yowasa wo kakushite ita
Kizukeba itsumo dareka ni
Sasaerare koko made aruita
suporter sejati yang akan selalu mengawasi setiap langkah penting yang kuambil. Dan juga yang membantuku bangkit saat aku tertatih.
Well, aku memang suka sekali kembali ke masa lalu. Cermin yang akan mengingatkanku sekali lagi. Bukan menjadi penyesalan, tapi menjadi bahan perbaikan. Oke ya, kembali ke masa laluku.
Waktu TK, aku punya seorang guru TK yang selalu memberiku pujian -semacam penghargaan kecil- yang menurutku ekuivalen dengan "Kamu bisa, teruskanlah,"
Waktu SD, aku juga punya beberapa orang guru yang membantuku memperoleh sekolah terbaik di Surabaya. Beliau tak henti-hentinya meletupkan semangat juangku dan teman-temanku.
Waktu SMP, aku punya seorang ustadz yang selalu siap menjadi tempat konsultasiku atas berbagai persoalan yang mulai kompleks.
Tapi, di tengah-tengah selalu ada tapi...
Aku hanya berjumpa dengan beliau-beliau itu maksimal 8 jam sehari. Sekarang, bahkan aku sudah jarang bertemu beliau-beliau itu. Dan, 16 jam sisanya, waktuku habis dengan orang tua yang kurang memberiku semangat, selalu menciutkan nyali, dan memaksakan kehendaknya. Bukan, aku sama sekali tidak menyalahkan mereka yang kurang pengetahuan tentang mendidik anak. Aku hanya menyadari satu hal, ketika aku menjadi orang tua kelak, aku tidak boleh bersikap seperti itu.
Ah iya, sudah saatnya aku harus lebih aktif mencari. Karena tanpa guru, hidupmu akan stagnan di suatu tempat dan kau sulit keluar dari sana. Hm, fakta yang lebih menarik pula, setiap orang yang kau temui juga guru bagimu. Itu kalau mau peka apa yang bisa diambil pelajaran darinya. Meski begitu, tetap saja kan? Diri ini perlu guru khusus -lebih tepat dikatakan- murabbi yang senantiasa membimbing kita semakin dekat dengan Allah.
Hm, menariknya lagi, di masa-masa ini dan seterusnya keluarga akan sangat berperan besar dalam perjalanan hidup yang entah berhentinya kapan ini. Sekali lagi, keluarga adalah hal terpenting dan menjadi prioritas utama seseorang ketika ia ingin sukses dan bahagia.
"Maka..."
on 19.1.13
/
Ouw, baiklah.
Benda-benda yang kau punyai, itu semua bukan semata-mata karena kerja kerasmu belaka.
Ada Allah yang memang menakdirkanmu memperolehnya karena Ia melihat usahamu
Rumah yang kau tempati, itu bukan semata-mata karena orang tuamu yang sengaja menyisihkan uangnya untuk membeli rumah
Bukan pula semata-mata karena dirimu yang berletih payah mengumpulkan rupiah-demi-rupiah
Ada Allah yang sengaja memberimu karena Ia tahu kau sudah membutuhkan tempat tinggal untuk keluargamu
Makanan yang kau makan, itu bukan semata-mata karena kau berhasil mencari sesuap nasi
Ada Allah yang menyiapkan makanan karena Ia mengerti kau butuh energi untuk melakukan aktivitasmu
Anak-anakmu, pasangan hidupmu, keluargamu, dan teman-temanmu
Mereka ada di sampingmu bukan semata-mata karena kau ada untuk mereka
Tetapi Allah mengamanahkan mereka padamu karena Ia mendengar suara hatimu yang tak tahan hidup sendirian di dunia ini
Tapi, mengapa kau selalu berkata,
"Aku ini telah bersusah payah melakukan ini-itu! Aku lelah! Seharian sudah ke sana sini cari uang, itu semua demi kalian. Tak ada yang mengasihani aku!"
Mengapa kau selalu merasa berat ketika hartamu diminta sedikit saja untuk membantu mereka yang kekurangan?
Mengapa kau selalu merasa berat ketika benda-benda yang kau punya digunakan untuk menegakkan agamaNya?
Mengapa kau selalu mengernyitkan dahi ketika anak-anakmu memilih ikut di barisan terdepan kaum Muslimin?
Seandainya Allah tidak pernah mengizinkanmu memiliki benda-benda, rumah, makanan dan sanak saudaramu sekarang, apakah kau akan memiliki semua itu?
Banyak, banyak, sangat banyak nikmatNya yang kau dapatkan, tapi sangat jarang kau syukuri.
Aku hanya ingin kau tahu,
bahwa Umar bin Khattab hanya menyisakan setengah dari kekayaannya untuk seluruh keluarganya
bahwa Abu Bakr hanya menyisakan Allah dan RasulNya kepada anak istrinya
bahwa Umar bin Abdul Aziz berkata pada anaknya "Selama engkau berbuat baik, maka Allah akan mencukupimu."
bahwa Rasulullah pun tidur dengan tikar
Sementara kau?
Benda-benda yang kau punyai, itu semua bukan semata-mata karena kerja kerasmu belaka.
Ada Allah yang memang menakdirkanmu memperolehnya karena Ia melihat usahamu
Rumah yang kau tempati, itu bukan semata-mata karena orang tuamu yang sengaja menyisihkan uangnya untuk membeli rumah
Bukan pula semata-mata karena dirimu yang berletih payah mengumpulkan rupiah-demi-rupiah
Ada Allah yang sengaja memberimu karena Ia tahu kau sudah membutuhkan tempat tinggal untuk keluargamu
Makanan yang kau makan, itu bukan semata-mata karena kau berhasil mencari sesuap nasi
Ada Allah yang menyiapkan makanan karena Ia mengerti kau butuh energi untuk melakukan aktivitasmu
Anak-anakmu, pasangan hidupmu, keluargamu, dan teman-temanmu
Mereka ada di sampingmu bukan semata-mata karena kau ada untuk mereka
Tetapi Allah mengamanahkan mereka padamu karena Ia mendengar suara hatimu yang tak tahan hidup sendirian di dunia ini
Tapi, mengapa kau selalu berkata,
"Aku ini telah bersusah payah melakukan ini-itu! Aku lelah! Seharian sudah ke sana sini cari uang, itu semua demi kalian. Tak ada yang mengasihani aku!"
Mengapa kau selalu merasa berat ketika hartamu diminta sedikit saja untuk membantu mereka yang kekurangan?
Mengapa kau selalu merasa berat ketika benda-benda yang kau punya digunakan untuk menegakkan agamaNya?
Mengapa kau selalu mengernyitkan dahi ketika anak-anakmu memilih ikut di barisan terdepan kaum Muslimin?
Seandainya Allah tidak pernah mengizinkanmu memiliki benda-benda, rumah, makanan dan sanak saudaramu sekarang, apakah kau akan memiliki semua itu?
Banyak, banyak, sangat banyak nikmatNya yang kau dapatkan, tapi sangat jarang kau syukuri.
Aku hanya ingin kau tahu,
bahwa Umar bin Khattab hanya menyisakan setengah dari kekayaannya untuk seluruh keluarganya
bahwa Abu Bakr hanya menyisakan Allah dan RasulNya kepada anak istrinya
bahwa Umar bin Abdul Aziz berkata pada anaknya "Selama engkau berbuat baik, maka Allah akan mencukupimu."
bahwa Rasulullah pun tidur dengan tikar
Sementara kau?
"Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
My Great Family
on 13.1.13
Label:
Dunia Dewasa,
Life,
Tentang sebuah nama
/
Pagi-pagi di depan meja makan, Om ku yang baru datang dari Mojokerto, langsung bertanya, "Bagaimana keadaanmu, Sa?"
Aku diam saja. Tak langsung menjawab.
"Sakit, Om. Cuma yaah, kemarin baru aja berobat. Dipijetkan." kataku terbata. Dalam hati, aku mbatin, wah ini Om ku pasti tahu ada sesuatu yang nggak beres denganku. Tapi, aku tetap saja menyimpan rapat apa yang selama ini yang membuatku pusing.
Om ku memandangku lurus. "Om yakin, kamu belum bisa membuang masalahmu kan? Masalah seperti itu harus diceritakan supaya kamu tahu solusinya. Terus, kalo tanya, jangan sesama anak muda. Ntar gak ketemu, malah semakin parah. Ceritakan sama orang tua. Kan ada ayah dan mama, om-om dan tante-tantemu. Uti juga bisa. Semuanya, dimintai pendapat,"
Ya, dari sini aku tak henti mengucap syukur Alhamdulillah. Aku mempunyai keluarga besar yang begitu peduli dan tak bisa digantikan apapun. Keluarga yang menjaga sesama anggotanya. Inilah yang belum kumengerti sebelumnya, bahwa sejak zaman buyut-buyutku, beliau-beliau itu telah menanamkan pola pikir yang hebat kepada anak-anaknya: tentang a great family.
"Kalau kamu mau cerita, pasti kami semua akan membantu mencarikan solusi."
---
Beliau memang tak belajar ilmu psikologi, sosiologi, atau seminar-seminar parenting; tapi cukup dengan pengertian sederhana bahwa sesama aggota keluarga itu saling melindungi, saling menghargai, dan saling menyayangi.
Aku diam saja. Tak langsung menjawab.
"Sakit, Om. Cuma yaah, kemarin baru aja berobat. Dipijetkan." kataku terbata. Dalam hati, aku mbatin, wah ini Om ku pasti tahu ada sesuatu yang nggak beres denganku. Tapi, aku tetap saja menyimpan rapat apa yang selama ini yang membuatku pusing.
Om ku memandangku lurus. "Om yakin, kamu belum bisa membuang masalahmu kan? Masalah seperti itu harus diceritakan supaya kamu tahu solusinya. Terus, kalo tanya, jangan sesama anak muda. Ntar gak ketemu, malah semakin parah. Ceritakan sama orang tua. Kan ada ayah dan mama, om-om dan tante-tantemu. Uti juga bisa. Semuanya, dimintai pendapat,"
Ya, dari sini aku tak henti mengucap syukur Alhamdulillah. Aku mempunyai keluarga besar yang begitu peduli dan tak bisa digantikan apapun. Keluarga yang menjaga sesama anggotanya. Inilah yang belum kumengerti sebelumnya, bahwa sejak zaman buyut-buyutku, beliau-beliau itu telah menanamkan pola pikir yang hebat kepada anak-anaknya: tentang a great family.
"Kalau kamu mau cerita, pasti kami semua akan membantu mencarikan solusi."
---
Beliau memang tak belajar ilmu psikologi, sosiologi, atau seminar-seminar parenting; tapi cukup dengan pengertian sederhana bahwa sesama aggota keluarga itu saling melindungi, saling menghargai, dan saling menyayangi.
Dandan yang Cantik
on 12.1.13
Label:
Tentang sebuah nama
/
Harusnya aku bangun jam tiga dini hari. Dan itu artinya, jam sebelas aku harus tidur, apapun alasannya. Mengingat tubuhku ada alarm alami tiap empat jam. Ini sudah jam 0:01, aku masih setia di depan laptop.
Baiklah, ini hanya kisah seseorang yang menyuruhku berdandan dengan cantik.
Cantik untuk siapa?
Aku sedang sendirian di sini, bahkan aku merasa beberapa hari terakhir ini aku bukanlah aku. Dan tiba-tiba, orang itu datang, mengatakan padaku, "Dandan yang cantik ya, dengan mukenahmu."
Aha, sungguh. Aku tak akan pernah melupakan ajakan dandan yang seperti ini.
Mengapa?
Karena tadi pagi, majalah langgananku nyampe ke rumah dan menyuguhkan artikel yang sangat waaaaaoooow! Simak saja isinya: tetaplah memantapkan hati dan diri di sini. Tidak ada balasan yang lebih baik kecuali dariNya."
Dan, aku takut tak dapat menjawab pertanyaan selanjutnya,
Bagaimana.
Semoga tubuh dan jiwa ini dilingkupi keyakinan, dibekali kekuatan, dan diselimuti kelembutan.
Yang sekaligus mampu mengikis rasa egois dan kelelahan yang nilainya tak lebih dari seujung kuku Sang Nabi.
Baiklah, ini hanya kisah seseorang yang menyuruhku berdandan dengan cantik.
Cantik untuk siapa?
Aku sedang sendirian di sini, bahkan aku merasa beberapa hari terakhir ini aku bukanlah aku. Dan tiba-tiba, orang itu datang, mengatakan padaku, "Dandan yang cantik ya, dengan mukenahmu."
Aha, sungguh. Aku tak akan pernah melupakan ajakan dandan yang seperti ini.
Mengapa?
Karena tadi pagi, majalah langgananku nyampe ke rumah dan menyuguhkan artikel yang sangat waaaaaoooow! Simak saja isinya: tetaplah memantapkan hati dan diri di sini. Tidak ada balasan yang lebih baik kecuali dariNya."
Dan, aku takut tak dapat menjawab pertanyaan selanjutnya,
Bagaimana.
Semoga tubuh dan jiwa ini dilingkupi keyakinan, dibekali kekuatan, dan diselimuti kelembutan.
Yang sekaligus mampu mengikis rasa egois dan kelelahan yang nilainya tak lebih dari seujung kuku Sang Nabi.
Antara rumput, air, dan pancuran
on 11.1.13
Label:
Tentang sebuah nama
/
"Mau kubantu?" katanya sembari mengambil busa yang biasanya kugunakan untuk mencuci. Rupanya ia datang sendirian, tak menggubris teman-temannya di ujung sana.
Aku meliriknya sekilas. Tetap menggosok piring dan gelas kotor bekas sarapan. Air dari pancuran mengalir di atas punggung kaki, menyela ke jemarinya. Menambah dingin suhu kaki yang telah dibungkus sayatan dingin tadi malam di bukit ini. Ingin sekali aku menahannya, tapi aku sangat tahu diri di sini.
"Taruh saja di situ," aku menunjuk tumpukan piring di sebelah kiri ember merah. Jelas aku tak ingin mengambil resiko apapun. Aku tahu, tugasnya masih sangat banyak. Tanpa banyak kata, ia pun meletakkan busa yang telah dibasahinya dengan air. Lantas, ia pergi. Menyisakan beribu tanya, sejuta cahaya, dan selentikan makna.
Entahlah, aku juga masih tak mengerti dengan dua patah kata darinya itu. Aku berbicara pada diriku sendiri, jadi itukah rasanya ketika seseorang yang tidak kau kenal tiba-tiba hadir dalam hidupmu dan menyapamu, walau sedetik.
Selayaknya rumput bukit itu yang baru berkenalan dan akrab dengan slang pancuran yang kubawa. Merasa asing, tapi... menyejukkan.
Aku meliriknya sekilas. Tetap menggosok piring dan gelas kotor bekas sarapan. Air dari pancuran mengalir di atas punggung kaki, menyela ke jemarinya. Menambah dingin suhu kaki yang telah dibungkus sayatan dingin tadi malam di bukit ini. Ingin sekali aku menahannya, tapi aku sangat tahu diri di sini.
"Taruh saja di situ," aku menunjuk tumpukan piring di sebelah kiri ember merah. Jelas aku tak ingin mengambil resiko apapun. Aku tahu, tugasnya masih sangat banyak. Tanpa banyak kata, ia pun meletakkan busa yang telah dibasahinya dengan air. Lantas, ia pergi. Menyisakan beribu tanya, sejuta cahaya, dan selentikan makna.
Entahlah, aku juga masih tak mengerti dengan dua patah kata darinya itu. Aku berbicara pada diriku sendiri, jadi itukah rasanya ketika seseorang yang tidak kau kenal tiba-tiba hadir dalam hidupmu dan menyapamu, walau sedetik.
Selayaknya rumput bukit itu yang baru berkenalan dan akrab dengan slang pancuran yang kubawa. Merasa asing, tapi... menyejukkan.
Allah loves us
Reblogged from this
Kenapa aku diuji?
"..Adakah
patut kamu menyangka bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum
sampai kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada
orang orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan
(kemusnahan hartabenda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh
ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?"
Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu
bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah). (Al-Baqarah:214)
"..Apakah
manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami
telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami
telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta." (Al-Ankabut:2-3)
"..Dan
demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang
mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya
orang-orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang-orang yang sabar
(dalam menjalankan perintah Kami); dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan
(benar atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu." (Muhammad:31)
"..Tidak
ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan
dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan
memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan
tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap
sesuatu." (At-Taghaabun:11)
"..Dan
janganlah engkau menujukan pandangan kedua matamu dengan keinginan
kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka
yang kafir itu menikmatinya, yang merupakan keindahan kehidupan dunia
ini, untuk Kami menguji mereka padanya; sedang limpah kurnia Tuhanmu di
akhirat lebih baik dan lebih kekal." (Taha:131)
"..Sesungguhnya
Tuhanmu tetap mengawas dan membalas, (terutama balasan akhirat). (Dalam
pada itu manusia tidak menghiraukan balasan akhirat), oleh yang
demikian, maka kebanyakan manusia apabila diuji oleh Tuhannya dengan
dimuliakan dan dimewahkan hidupnya, (ia tidak mahu bersyukur tetapi
terus bersikap takbur) serta berkata dengan sombongnya: "Tuhanku telah
memuliakan daku!"
"..Dan
sebaliknya apabila ia diuji oleh Tuhannya, dengan disempitkan
rezekinya, (ia tidak bersabar bahkan ia resah gelisah) serta merepek
dengan katanya: "Tuhanku telah menghinakan daku!" Jangan demikian,
(sebenarnya kata-kata kamu itu salah). Bahkan (perbuatan kamu wahai
orang-orang yang hidup mewah, lebih salah lagi kerana) kamu tidak
memuliakan anak yatim, (malah kamu menahan apa yang Ia berhak
menerimanya)." (Al-Fajr:14-17)
"..Maka
apabila manusia disentuh oleh sesuatu bahaya, ia segera berdoa kepada
Kami; kemudian apabila Kami memberikannya sesuatu nikmat (sebagai
kurnia) dari Kami, berkatalah ia (dengan sombongnya): "Aku diberikan
nikmat ini hanyalah disebabkan pengetahuan dan kepandaian yang ada
padaku". (Tidaklah benar apa yang dikatakannya itu) bahkan pemberian
nikmat yang tersebut adalah ujian (adakah ia bersyukur atau sebaliknya),
akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat itu)." (Az-Zumar:49)
Kenapa Doa Tidak DiMakbulkan? "..Boleh
jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah:216)
Kenapa UjianNya Berat? - "..Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Al-Baqarah:286)
Bagaimana Menghadapi Ujian Allah s.w.t.?
"..Wahai
sekalian orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan (untuk
menghadapi susah payah dalam menyempurnakan sesuatu perintah Tuhan)
dengan bersabar dan dengan (mengerjakan) sembahyang; kerana sesungguhnya
Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar." (Al- Baqarah:153)
"..Dan
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan
sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada
orang-orang yang khusyuk." (Al-Baqarah:45)
"..Demi
sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut
(kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya)
kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah
khabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al- Baqarah:155)
"..Wahai
orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran
dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah
kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan
bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan)
serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai
kemenangan)." (Al-Imran:200)
"..(Sebenarnya)
apa yang ada pada kamu akan habis dan hilang lenyap, dan apa yang ada
di sisi Allah tetap kekal; dan sesungguhnya Kami membalas orang-orang
sabar dengan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka
telah kerjakan." (Al-Nahl:96)
Kepada Siapa Yang Boleh Diharapkan?
"..Cukuplah
bagiku Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dia lah yang
mempunyai Arasy yang besar". (At-Taubah:129)
Jangan Putus Asa! - "..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir."
Intinya, Allah itu sayang kepada orang-orang yang beriman. Kalo Allah udah nggak sayang, pasti kita dibiarkan. Bahasa Surabaya-nya, karepmu pe lapo ae, gak ngurus!
Allah menguji kita itu untuk semakin mendekatkan kita padaNya. Allah kangen melihat kita berdoa, berbicara, dan berduaan denganNya. Sebenarnya itu. Percayalah Allah tahu apa yang terbaik untuk hambaNya.
Butterfly Fly Away
on 2.1.13
/
You tucked me in, turned out the light
Kept me safe and sound at night
Little girls depend on things like that
Brushed my teeth and combed my hair
Had to drive me everywhere
You were always there when I looked back
You had to do it all alone
Make a living, make a home
Must have been as hard as it could be
And when I couldn't sleep at night
Scared things wouldn't turn out right
You would hold my hand and sing to me
Caterpillar in the tree
How you wonder who you'll be
Can't go far but you can always dream
Wish you may and wish you might
Don't you worry, hold on tight I promise you there will come a day
Butterfly fly away
Butterfly fly away, butterfly fly away
Flap your wings now you can't stay
Take those dreams and make them all come true
Butterfly fly away, butterfly fly away
We've been waiting for this day
All along and knowing just what to do
Butterfly, butterfly, butterfly, butterfly fly away
Kept me safe and sound at night
Little girls depend on things like that
Brushed my teeth and combed my hair
Had to drive me everywhere
You were always there when I looked back
You had to do it all alone
Make a living, make a home
Must have been as hard as it could be
And when I couldn't sleep at night
Scared things wouldn't turn out right
You would hold my hand and sing to me
Caterpillar in the tree
How you wonder who you'll be
Can't go far but you can always dream
Wish you may and wish you might
Don't you worry, hold on tight I promise you there will come a day
Butterfly fly away
Butterfly fly away, butterfly fly away
Flap your wings now you can't stay
Take those dreams and make them all come true
Butterfly fly away, butterfly fly away
We've been waiting for this day
All along and knowing just what to do
Butterfly, butterfly, butterfly, butterfly fly away